Monday, December 12, 2011

Musim Berganti, Waspadai Demam Berdarah


Mendekati pengujung tahun, sebagian besar wilayah Indonesia mulai menyambut musim hujan. Setelah bebas dari penyakit yang muncul selama musim kemarau akibat debu dan masalah air, saatnya mewaspadai penyakit seperti demam berdarah.

Di wilayah Jakarta dan sekitarnya, sejak November, potensi hujan turun terjadi hampir setiap hari. Prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi hujan turun diperkirakan setelah Oktober yang ditandai hujan intensitas rendah pada masa transisi.

Pada musim kemarau, penyakit yang muncul terkait masalah debu dan air, yang umumnya merebak di wilayah permukiman padat penduduk. Cuaca panas dan kering disertai embusan angin menyebabkan debu beterbangan yang mudah terhirup dan menimbulkan penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit mata, dan dehidrasi.

Tren penyakit ISPA meningkat selama musim kemarau. Di Jakarta Barat, sejak Januari hingga Agustus, sebanyak 248.168 orang menderita ISPA. Anak balita penderita pneumonia di Jakarta Selatan mencapai 3.612 orang dan pasien batuk bukan pneumonia sebanyak 57.603 anak. Adapun penderita diare tercatat 18.964 orang.

Kemarau panjang juga menyebabkan beberapa wilayah mengalami kesulitan bahkan kekeringan air tanah. Akibatnya, berbagai penyakit muncul, mulai dari sakit kulit, diare, hingga dehidrasi.

Selama musim kemarau hingga bulan Agustus, sebanyak 8.743 orang menderita diare. Angka penderita diare dari puskesmas sebanyak 111.537 kasus. Angka itu bukan merupakan jumlah pasien, melainkan jumlah penanganan karena satu pasien bisa datang berobat ke puskesmas lebih dari satu kali.

Demam berdarah

Sementara itu, penderita demam berdarah cenderung meningkat jumlahnya di musim hujan. Adalah nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.

Gigitannya membahayakan dan dapat menyebabkan kematian. Jenis nyamuk pembawa virus dengue ini lebih senang berada di genangan air yang bersih.

Dalam kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD), berdasarkan angka kejadian atau incidence rate (IR) secara nasional, DKI Jakarta berada pada peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Hampir tiap tahun di Jakarta terjadi endemi DBD.

Jakarta pernah mengalami kasus luar biasa DBD pada 2007 dengan jumlah penderita mencapai 31.836 orang dan 87 orang meninggal dunia. Namun, tahun-tahun selanjutnya hingga tahun 2010 kasus DBD di DKI Jakarta menurun. Tahun 2010 jumlah kasus DBD di DKI Jakarta mencapai 18.006 kasus dan ditemukan hampir di seluruh wilayah. Tahun ini kasus DBD juga menunjukkan tren yang terus menurun. Kemarau panjang tahun ini cukup menekan berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.

Hingga pertengahan September, angka kejadian DBD di Jakarta adalah 57,31 per 100.000 penduduk. Adapun angka kematian sebesar 0,02 persen.

Jumlah penderita DBD di Jakarta hingga pertengahan September sebanyak 5.469 orang dan 1 penderita meninggal dunia. Kasus DBD tertinggi terjadi di wilayah Jakarta Utara yang mencapai 1.584 orang. Kecamatan Kelapa Gading menempati posisi tertinggi di Jakarta Utara, sekaligus menduduki peringkat teratas di seluruh DKI Jakarta.

Tahun 2012 DBD masih tetap mengancam. Memasuki musim hujan, serangan DBD patut diwaspadai. Kuncinya adalah pemberdayaan masyarakat untuk bersama-sama melindungi keluarga dan lingkungannya.

(MG RETNO SETYOWATI/LITBANG KOMPAS)



No comments:

Post a Comment